Okey. Sekarang, dari 8 teman di
kampung, hanya satu yang jomblo. Siapa lagi kalau bukan aku?
“Makanya Lu cepet nyusul!”
“Nanti, tunggu saja undangannya.”
“Nanti? Usiamu sudah 27 tahun masih bilang nanti? Gadis mana yang mau
sama akik-akik?” ledeknya dengan semangat 45. Emang aku sudah setua itu? Baru 27
pula.
“Cewek shalihah gak nyari yang tua atau muda, dia cari yang shalih.” Jawabku
dengan yakin.
“Iya, tapi siapa cewek shalihah yang elu maksud itu?”
“Gue yakin bro, nama jodoh gue sudah tertulis di Lauh Manfuz berdampingan
sama nama gue! Ya nggak?”
“Halah alay lu!” Toh, hidup ini bukan hanya tentang jodoh, kok! Masih banyak
makna hidup yang lebih indah dari yang ini.
***
“Nak, sebenarnya sudah siap untuk menikah belum?” aku jadi gugup dengan
pertanyaan yang di ajukan oleh Ustadz Zulfi. Bukan masalah aku siap atau belum
siap,akan tetapi dengan siapa aku menikah. Ingin rasanya aku menanyakannya
kepada ustadz yang duduk di depanku. Namun, aku malu untuk mengutarakan maksud
tersebut.
“Belum Tadz! Masih banyak yang harus saya benahi.” Memang banyak yang
harus aku perbaiki, aku teringat pada janji Allah bahwa Wanita baik untuk
lelaki baik. Aku yakin, janji Allah itu pasti!
“Manusia tidak mungkin menunggu sempurna untuk menjemput jodoh.”
“Iya Tadz!”
“Aku rasa, kamu sudah cukup matang untuk menikah.”
“Waduh! Saya ...”
“Sudah ada calonnya belum?” Aku tersenyum malu mendapat pertanyaan itu, “
Saya punya beberapa referensi kalau mau, insyaAllah shalihah.”
Hatiku rasanya ingin loncat saking senengnya, apalagi ustadz menjamin
akan keshalihannya.
“Kalau shalihah dan menurut ustadz cocok dengan saya, saya bersedia.”
Alhamdulillah.
***
“Alhamdulillah syukurku tak
henti atas cucuran nikmat-Nya yang selalu tercurah untukku. Malam ini, Allah
hadirkan kebahagiaan yang sempurna bersamaan
hadirnya dikau. Pangeran yang tak pernah aku bayangkan sebelumnya, kau bagaikan
pelita yang menyinari setiap ruang hatiku, mengisinya dengan cinta. Cinta yang
membuatku semakin mencintai-Nya. Zauji suamiku.. hidup ini bukan hanya tentang
kita, kita masih memiliki kehidupan yang belum kita jalani. Ya, kehidupan setelah kehidupan ini, kehidupan akhirat yang
abadi dan kehidupan sebenarnya. Jika Allah mengambilku lebih dulu, kau tak
perlu bersedih hati, Allah lebih tahu
yang terbaik untukmu, untuk kita. Jika kamu lebih dulu Allah sayangi,
sesungguhnya Allahlah yang berkuasa atas kita.
Sampai akhir nafas, atas izin Allah aku taat kepadamu. Ridhailah aku,
agar keridhaanmu memudahkanku untuk untuk masuk Surga. Surga sangat wangi
suamiku, sungguh aku ingin kita bersama disana. kamu adalah lelaki yang taat
kepada Allah, jangan kecewa dengan siapapun. Selamat atas cinta kita, aku
mencintaimu karena kau mencintai Rabbku, Allah. Yang bahagia, Izza.”
Senyummu terlihat indah dan menawan, ia terlelap dalam kedamaian. Ia terlihat
seperti bidadari dengan gaun pengantin, kulitnya putih bersih seperti gaun yang
ia kenakan. Tanganku bergetar memeluk tubuhnya.
“Yang ikhlas, kang!” Kata Bella mengusap punggungku, “Mbak Izza sudah
bahagia, ridhai ia Kang.”
Aku belum memberikan kebahagiaan apa-apa sayang, aku tak sempat. Bahkan aku
belum sempat memeluknya. Jika ridhaku membuatmu bahagia di sisi-Nya, aku ridha
kamu pergi, aku ridha.”
“Allah.. inilah satu cinta yang ku titipkan kepada-Mu.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar