Kamis, 24 Maret 2016

Kutitipkan Satu Cinta Kepada-MU



                Okey. Sekarang, dari 8 teman di kampung, hanya satu yang jomblo. Siapa lagi kalau bukan aku?
“Makanya Lu cepet nyusul!”
“Nanti, tunggu saja undangannya.”
“Nanti? Usiamu sudah 27 tahun masih bilang nanti? Gadis mana yang mau sama akik-akik?” ledeknya dengan semangat 45. Emang aku sudah setua itu? Baru 27 pula.
“Cewek shalihah gak nyari yang tua atau muda, dia cari yang shalih.” Jawabku dengan yakin.
“Iya, tapi siapa cewek shalihah yang elu maksud itu?”
“Gue yakin bro, nama jodoh gue sudah tertulis di Lauh Manfuz berdampingan sama nama gue! Ya nggak?”
“Halah alay lu!” Toh, hidup ini bukan hanya tentang jodoh, kok! Masih banyak makna hidup yang lebih indah dari yang ini.
***
“Nak, sebenarnya sudah siap untuk menikah belum?” aku jadi gugup dengan pertanyaan yang di ajukan oleh Ustadz Zulfi. Bukan masalah aku siap atau belum siap,akan tetapi dengan siapa aku menikah. Ingin rasanya aku menanyakannya kepada ustadz yang duduk di depanku. Namun, aku malu untuk mengutarakan maksud tersebut.
“Belum Tadz! Masih banyak yang harus saya benahi.” Memang banyak yang harus aku perbaiki, aku teringat pada janji Allah bahwa Wanita baik untuk lelaki baik. Aku yakin, janji Allah itu pasti!
“Manusia tidak mungkin menunggu sempurna untuk menjemput jodoh.”
“Iya Tadz!”
“Aku rasa, kamu sudah cukup matang untuk menikah.”
“Waduh! Saya ...”
“Sudah ada calonnya belum?” Aku tersenyum malu mendapat pertanyaan itu, “ Saya punya beberapa referensi kalau mau, insyaAllah shalihah.”
Hatiku rasanya ingin loncat saking senengnya, apalagi ustadz menjamin akan keshalihannya.
“Kalau shalihah dan menurut ustadz cocok dengan saya, saya bersedia.” Alhamdulillah.
***
                “Alhamdulillah syukurku tak henti atas cucuran nikmat-Nya yang  selalu tercurah untukku. Malam ini, Allah hadirkan kebahagiaan  yang sempurna bersamaan hadirnya dikau. Pangeran yang tak pernah aku bayangkan sebelumnya, kau bagaikan pelita yang menyinari setiap ruang hatiku, mengisinya dengan cinta. Cinta yang membuatku semakin mencintai-Nya. Zauji suamiku.. hidup ini bukan hanya tentang kita, kita masih memiliki kehidupan yang belum kita jalani. Ya, kehidupan  setelah kehidupan ini, kehidupan akhirat yang abadi dan kehidupan sebenarnya. Jika Allah mengambilku lebih dulu, kau tak perlu bersedih hati,  Allah lebih tahu yang terbaik untukmu, untuk kita. Jika kamu lebih dulu Allah sayangi, sesungguhnya Allahlah yang berkuasa atas kita.
Sampai akhir nafas, atas izin Allah aku taat kepadamu. Ridhailah aku, agar keridhaanmu memudahkanku untuk untuk masuk Surga. Surga sangat wangi suamiku, sungguh aku ingin kita bersama disana. kamu adalah lelaki yang taat kepada Allah, jangan kecewa dengan siapapun. Selamat atas cinta kita, aku mencintaimu karena kau mencintai Rabbku, Allah. Yang bahagia, Izza.”
Senyummu terlihat indah dan menawan, ia terlelap dalam kedamaian. Ia terlihat seperti bidadari dengan gaun pengantin, kulitnya putih bersih seperti gaun yang ia kenakan. Tanganku bergetar memeluk tubuhnya.
“Yang ikhlas, kang!” Kata Bella mengusap punggungku, “Mbak Izza sudah bahagia, ridhai ia Kang.”
Aku belum memberikan kebahagiaan apa-apa sayang, aku tak sempat. Bahkan aku belum sempat memeluknya. Jika ridhaku membuatmu bahagia di sisi-Nya, aku ridha kamu pergi, aku ridha.”
“Allah.. inilah satu cinta yang ku titipkan kepada-Mu.”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar